Daftar Kategori Blog

Minggu, 02 Agustus 2020

Refleksi 1 Tahun Meninggalnya Papa / Kung Bocah

Tidak terasa sudah 1 tahun meninggalnya papa. Kali ini pas momen Idul Adha. 1 kambing disiapkan buat kurban atas nama papa, mudah2an bisa meringankan beban kung di alam barzah. 1 tahun ini teringat saat menemani kung di RS dan saat interaksi di hari hari terahir. Kondisi di ICU dan saat sakaratul maut, masih terbayang sampai sekarang. Bagaimana kung berjuang di hari terahirnya. Walau sedih,tapi ada bersyukur juga karena tidak membayangkan bagaimana kung bertahan kalau ada pandemi begini. 

Kangen saat bercanda sama kung. Kangen tertawanya kung dan saat kung main sama bocah. Di 1 tahun ini penyesuaian baik pribadi dan keluarga untuk beradaptasi dengan tidak adanya kung disamping untuk selamanya. Keluarga besar almarhum kung, terkadang masih kehilangan terutama saat budhe/ pakdhe dan tante2 datang atau saya telepon masih sangat haru terutama lebaran pertama tanpa saudaranya. Juga lebaran pertama saya tanpa kung dan disaat pandemi.

Dalam 1 tahun ini, banyak refelksi yang didapat. Mengingatkan akan kematian. Terkadang berfikir, apa ya kung / papa sadar ya kalau sudah meninggal, karena saat masuk ruang operasi masih bilang kalau nnt akan balik kekamar lagi. Saat sebelum sakaratul maut juga masih yakin akan sembuh. Berfikir apa kung sadar ya kalau sudah meninggal. Saat masih koma, masih bisa genggam tangan dan menggerakan tangannya. Saat sakaratul maut juga masih melihat gerakan mulutnya. Rasanya 1 tahun itu cepat berlalu.

Refleksi di 1 tahun meninggalnya kung / papa :
1. Kematian itu pasti dan kita harus mempersiapkannya. Langsung ikutan fitrah based education dan fitrah based life nya ustadz Hari Santosa biar memaksimalkan potensi diri demi ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah kelak. Juga mengikuti kajian lebih rutin dan beribadah lebih rajin.Mencari ilmu agar maksimal digunakan untuk kepentingan masyarakat umum.
2. Pentingnya menjaga kesehatan. Kung tidak pernah rutin memeriksakan kesehatan. Hanya 2 tahun terahir saat stroke pertama. Itu juga tidak semuanya dan masih bekerja juga tidak mau berubah gaya hidup sehatnya. Sekarang sudah mulai mengurangi konsumsi gula, minyak dan olahraga rutin. Tes darah lengkap rutin juga wajib di setiap tahunnya. 
3. Pencatatan Hutang, Piutang dan Harta. Ini juga ahirnya membuat list bulanan agar mudah nantinya saat pembagian warisan dan memudahkan yang ditinggalkan untuk mengurus harta. Sedekah yang banyak krn sisa harta 1/3 saja yang bisa disedekahkan. 
4. Anak yang sholeh/sholehah. Pentingnya mendidik anak yang sholeh/ sholehah dekat dengan agama , sehingga pada saat mendekati kematian dan setelah ditinggal orang tua, bisa meneruskan kebaikan orang tua juga menemani orang tua disaat detik terahirnya tanpa bingung harus bagaimana. 
5. Waktu dengan keluarga. Manfaatkan waktu dengan keluarga. Interaksi dengan anak secara maksimal, punya batasan kapan harus bekerja, kapan harus bermain dengan anak, beribadah dan kapan harus berhenti untuk mengistirahatkan badan.
6. Menulis wasiat. Nah ini saya juga ahirnya menulis wasiat dan diperbarui tiap bulan. Jaga2 saja dan mudah2an berumur panjang. Ini agar bisa menuliskan untuk yang ditinggalkan kata2 terahir, jadi saat sakaratul maut tidak berfikir mau menulis apa2 lagi dan berfokus ke kematian itu sendiri dengan mengingat Allah.
7. Orang terdekat akan ada saat kita sedang terpuruk. Menyadari pentingnya keluarga, sahabat dan akan terlihat siapa yang memang dekat dengan kita, selalu ada bersama dan siapa yang hanya ada saat butuh saja. 
8. Menjadi tangguh dengan tanggung jawab baru. Meninggalnya papa/kung membuat berfikir, sebagai manusia harus siap dengan tanggung jawab baru dan bisa cepat beradaptasi. Harus punya lingkungan yang mendukung dan harus tahu siapa saja yang bisa diandalkan. Termasuk pada ahli ( psikolog, ustadzah ) dan keluarga dekat. Inilah gunanya ber komunitas dan bersilaturahmi keluarga. 
9. Mau berubah. Ini yang penting. Saat salah, mau berintrospeksi dengan berkonsultasi ke ahlinya kalau memang banyak ahli yang bilang kita salah maka kita harus mau berubah, mau berubah dan mengetahui cara bagaimana berubah, bagaimana berlajar dengan adanya sumber daya dan dukungan dari ahli ( psikolog dan ustadzah ) juga keluarga dan komunitas di lingkungan yang mendukung perubahan.Cari linkungan yang bikin semangat dalam hijrah dan perubahan menjadi lebih baik, tinggalkan komunitas yang membawa dampak buruk pada kehidupan karena hidup itu sementara dan harus digunakan secara maksimal.

Sekarang, sudah harus siap dengan tanggung jawab baru. Tanggung jawab mengurus peninggalan almarhum papa baik harta, hutang dan piutang. Refleksi juga tanggung jawab sebagai seorang hamba Allah,  anak, istri dan ibu agar maksimal dan tidak ada penyesalan saat kematian datang. Kangen itu pasti, tetapi saat kangen jangan lupa berdoa atas nama Almarhum semoga husnul khotimah dan diberikan nikmat kubur. 

Hanya foto dan kenangan dalam hati juga pikiran yang akan selalu ada. Hanya cerita teman2 dan keluarga sebagai pengingat jasa juga kebaikan almarhum selama hidup. Semoga bisa meneladani kebaikan Almarhum kung/papa selama masih hidup. Semangatnya berjuang untuk orang lain dan Sedekahnya yang luarbiasa semoga bisa mengantarkan beliau ke tempat terindah disisiNya. Menjadikan saya lebih semangat beribadah dan bermanfaat bagi orang lain juga menjadi anak yang sholehah demi menolong almarhum kung/papa juga disana. Terkadang saya berfikir kl almarhum kung/papa ada dan bisa lihat saya disini, beliau akan duduk disamping saya dan memukul lembut kepala saya dan akan bilang bagus..bagus seperti khas almarhum/kung saat berinteraksi dengan saya. 

Kung/Papa....My Hero..My First love....See You Later in Heaven....



0 komentar:

Posting Komentar

 

HAPPY MOMMY STORIES Template by Ipietoon Cute Blog Design