Daftar Kategori Blog

Senin, 26 Juli 2021

Menggugah Empati Menggugah Kepedulian Saat Pandemi

Banyaknya kasus covid di minggu ini membuat kita berfikir, ayolah protokol yang benar. ayolah menjaga sesama. ayolah membantu sesama. ada 2 cerita yang ingin saya angkat saat ini yaitu cerita nyata teman saya yang tidak percaya covid bahaya dan dia sendiri meninggal covid dan satu lagi yaitu dilematis di masyarakat soal imun, tetapi menagabaikan orang lain.

Teman saya anggap aja namanya Z. Z ini awalnya panik karena covid. Lama2 terpengaruh angin semu oknum. Ahirnya dia tidak panik karena ada alasan yang dibawa oknum ini, yang menurut dia masuk akal secara logika walau bukan logika ilmiah. Agar tenang, dia menolak kebenaran ilmiah dan menggunakan logika pribadi. Sejuta alasan dilontarkan agar dia tenang dan aman. Dengan kejadian yang tidak pernah menimpa keluarganya, makin merasa amanlah dia. 

Ahirnya malah pake masker sembarangan tidak benar. Anak2nya tidak diajarkan pakai masker. Dia yakin kalau kena akan baik2 saja selama istirahat. Intinya covid tidak lebih dari sekedar flu biasa kl cepat istirahat. Nggak ada namanya viral load. Kalau ada yang meninggal, dia berkoar2 mencari segudang alasan mulai komorbid, ventilator, stress, imun rendah masuk angin, diet sampai yang heran dengan alasan main hape bisa meninggal.

Dia menertawakan apa itu OTG? Orang penyakit baru kok kyk paham. Dia ketawa dengan santainya. Bilang kalau meninggal ventilator, stress atau main Hape. Bahkan bagi dia OTG tetap harus kerja. Dia setuju kalau nakes OTG ya kerja aja. Dia membolehkan staffnya tetap masuk walau sakit. Pilek pakai tissue dan tangannya pegang kemana- mana. Bersin sembarangan padahal ruang ber AC alasan dia alergi dan tidak pakai masker kalau didalam ruangan ber AC asal bisa jaga jarak. Masker tidak penting selama bisa jaga jara walau didalam ruangan bagi dia. 

Saat dirinya diruangan bisa jaga jarak, ada 1 ruangan lain ber 6 dengan luas ruangan yang sama dg dia, dia biarkan dg alasan kl sakit langsung bedrest akan sembuh. Kalau sampai meninggal ya telat bedrest sama main hape ditambah stress.

Maskernya, kadang benar, kadang nggak diganti jelas terlihat dari bercak basah dan kotoran juga serabut yang keluar dari maskernya. Minta sabun cuci tangan saja tidak dikasi harus dikamar mandi dan tidak ada desinfeksi ruangan rutin.

Dia bisa mempengaruhi orang lain biar ketenangan semu. Di ruangan tertutup pada lepas masker ketawa ketawa sampai sekantor jadi abai termasuk pimpinanya juga. Baginya covid tidak bahaya,kalau meninggal akan ada 1000 alasan yang dianggap dia masuk akal agar apa??? agar dia tenang.

Endingnya, ternyata si Z ini punya komorbid yang tidak terkontrol, diobati tanpa ahli hanya berdasar youtube dan browsing internet. Pas periksa, makin parah. ahirnya sesak, saat meninggak terkonfirmasi positif. Gimana lha ke rs saja protokolnya kurang karena dia anggap biasa si covid ini. Penyakitnya dia saja yang parah dianggap biasa saja. Mana tahu dia protokol yang benar dan disiplin apalagi viral load saja dia tidak paham. 

Heboh sekampung kr rs tapi tetap tidak bisa dan hasilnya pasti positif. Walau sudah diprotokol pemakamannya, se kampung juga sama pikirannya. Walau salah satu anaknya bergejal, tidak bilang kalau covid. Tetap tamu datang. Makin takabur keluarganya karena mengatakan bahwa meninggalnya bukan covid karena tidak ada yang sakit, tertular dan meninggal setelah kematiannya. padahal sapatau dia nularin dan g ketahuan dan tetap dzolim karena tidak jujur. Kasihan juga si Z ini karena sudah sakit, diobatin sendiri via youtube, tambah parah, kena covid juga ahirnya meninggal. Keluarganya bilang karena komorbidnya. 

Ternyata cerita begini tidak cuma saya saja yang alamin. Banyakkk diluar sana yang takabur, abai dan meremehkan. Saat kena jg blm tentu sadar. Keluarga juga blm tentu jujur. 

Makanya, jangan denial. Ikuti nalar ilmiah, jangan kebawa hoax atau narasumber yang tidak ilmiah. Jaga diri, jaga imun dan jaga keluarga. Penyesalan akan selalu datang terlambat. Cari komunitas pendukung dan jangan dzolim karena hal buruk yang kau remehkan bisa saja menjadi pemberat timbangan burukmu di akhirat tanpa kau sadari. 

Kedua, saya akan membahas perkataan beberapa orang :

1. Meninggal itu takdir, semua orang bisa mati, malaikat tidak akan salah cabut nyawa. 

Tapi, PPKM dipanjangkan protes dg alasan susah cari makan, lha katanya takdir, percaya Allah kok malah tanya begini dg alasan kita ihtiyar. Lha prokes apa ya ihtyar. 

Ada ambulance lewat panik, lihat berita kematian panik. Tapi bilang malaikat tidak akan salah cabut nyawa. Lha kl km stress, panik kl malaikat blm cabut nyawamu ya ngapain panik. pede aja lagi. 

2. Minum A pasti cepat sembuh, Makan B pasti langsung negatif.

Penelian memerlukan tahapan pre klinis dan klinis untuk mengetahui dosis, efektifitas, cara kerja dan efek samping. Kalau testimoni itu blm bisa dijadikan rujukan. Salah - salah malah bahaya. Harus hati - hati. walau nantinya kl diteliti mmg terbukti, tapi tetap wajib diteliti dahulu.Imun orang beda2. cocok di satu orang belum tentu cocok di orang lain.

3. Meninggal karena komorbid itu wajar

Orang komorbid kalau terkontrol, hidupnya akan lama. Sakit jantung dengan treatment bisa 10 tahunan lebih. Jantung + Covid meninggal cepat atau perburukan. Malah masuk angin imun turun bisa meninggal. haloooooo dulu aja masuk angin minum madu jahe aman, nih ada orang masuk angin bisa meninggal yang salah masuk angin apa covidnya?? situ sehatt

4. Melihat berita kematian, anak2 jadi yatim dan piatu, kehilangan kelurarga, kehilangan orang tua bikin panik imun turun stress.

Harusnya kalian lihat ini juga agar jadi tidak abai. Ada orang lain yang akan beresiko jika kamu menularkan kepadanya. Akan ada anak yang kehilangan orang tuanya. Akan ada orang tua yang kehilangan anaknya. Akan ada keluarga yang kehilangan anggota keluarganya. Disiplin dan benarkan protokolmu agar kamu tidak menulari orang lain. Kamu siap sakit siap meninggal silahkan saja, selama kamu tidak menulari dan dzolim sama orang lain apalagi dengan sengaja sampai orang lain meninggal. Jangan karena itu bukan keluargamu, kamu sesuka hati berkata tanpa memikirkan dampaknya.

5. Menjauhi orang isoman.

Orang isoman wajib ditolong karena di adalah pahlawan komunitas. dia adalah pelindung sesama. karena dia isoman, dia melakukan tanggung jawabnya tidak menulari orang lain. Harusnya dia diberikan penghargaan bukan malah dijauhi.

Ayolah kita sama2 prokes, sama2 mengedukasi agar orang semakin paham pentingnya prokes. Janganlah kita abai dan membuat orang terpapar. Belajarlah hal nalar ilmiah agar lebih terpercaya dan aman. 



#empatipandemi
#covid19indonesia
#isomanindonesia
#berbagisesamapandemi

0 komentar:

Posting Komentar

 

HAPPY MOMMY STORIES Template by Ipietoon Cute Blog Design