Beberapa hari ini, lagi hebohnya soal alm. Vannesa Angel dan Bibi suaminya. Saya sampai menangis kl melihat alm Vannesa, rasanya pingin peluk erat dan bilang Vannesa, kamu hebat, Vannesa kamu luarbiasa dan Vannesa kamu menginspirasi. Bagaimana tidak, hidup dilingkungan keluarga yang memaksa dia bekerja tanpa mendapatkan istirahat yang layak, hanya karena harus menurut dengan orang tuanya. Keluar rumah, kena kasus malah dibilang karma padahal ternyata dia dijebak. Padahal dia hanya korban dari orang tua yang toxic, ortu toxic bisa bahagia jika anaknya kesulitan, karena dia akan merasa itu karma karena tidak menuruti orang tua, tetapi apa yang dilakukan ortunya itu dzolim, ortunya tidak peduli. Ortunya merasa selalu benar karena dia berhak melakukan apa saja dan anak harus menurut, kalau tidak akan menjadi anak durhaka dan mendapat azab juga karma. Apalagi kalau itu terjadi, makin menjadi dan menuntutlah si ortu, si anak makin merasa bersalah. Oalah ya, saya ingin nangis jadinya kalau dengar ceritanya.
Sayapun mengalami lingkungan toxic, tetapi tidak separah vannesa, mgkn jg saya tidak good looking.haaa..tetapi, saya selalu diatur, tidak boleh menangis, wajib menurut,tidak ada diskusi, tidak boleh punya banyak teman, harus diam seperti puteri, tidak boleh menunjukkan kelebihan, harus selalu membantu dan kalau ada masalah juga selesaikan sendiri termasuk saat sakit, cari bantuan sendiri. Saat keluarga perlu, tanpa diminta wajib selalu ada, wajib berkorban untuk keluarga, tidak perlu meminta kata terima kasih dan maaf, berhak untuk disakiti secara mental tanpa melawan. Kalau melawan akan dikatakan anak durhaka, tidak menurut dan akan diungkit2 apa yang sudah diberikan ke saya.
Maka dari itu, saya ingin sekali memeluk Vannesa Angel, saya ingin memeluknya dan mengatakan KAMU HEBAT. kamu bisa menjadi orang tua yang tangguh, anak yang tangguh dan istri yang hebat. Kamu juga teman yang baik. Pengalamanmu menjadikan pelajaran berharga dan manfaat banyak bagi sekitarmu. Mungkin, meninggalkan dunia adalah hal terbaik karena kamu terlalu baik untuk menjalani sisa hidup yang mungkin akan lebih menyakitkan hatimu.
Saya bisa keluar dari lingkungan toxic karena menikah, mendapat suami juga mertua dan ipar yang super baik dan memperlakukan saya seperti keluarga sendiri. Terutama ibu mertua yang seperti ibu saya sendiri. Ibu mertua yang selalu ada untuk saya. Selalu mendengar keluh kesah saya, suami yang selalu ada untuk saya. Saya berdoa, menangis, bertahun - tahun saya memendam kesedihan, meminta kepada Allah untuk keluar dari lingkaran ini. Saya berhijab sebelum menikah, saya memantaskan diri, disaat titik terendah saya, menangis bersimpuh untuk dikeluarkan dan menjadi pribadi yang bermanfaat.
Satu hal yang membuat saya bangkit, saya pernah memberi barang ke satu orang dengan uang tabungan saya dan orangnya menangis mendoakan saya, darisitu saya merasa bahwa saya itu hebat, saya bermanfaat bagi sesama dan saya bisa membahagiakan orang lain, saya bisa membuat orang lain tersenyum dan mengatakan kalau saya bisa membuat hari-harinya bahagia. Saya fokus, berarti saya memang bermanfaat diluar sana dan itulah motivasi saya bangkit. Karena ibu jualan bakso di kantin SMA saya, merubah presepsi saya tentang hidup dan punya semangat bangkit.
Saya yakin, kitalah yang merubah hal buruk menjadi baik, libatkan Allah dan semua akan ada jalannya walau jalan itu yang kita tunggu tidak akan cepat datang, karena Allah ingin ada hal2 yang bisa dijadikan pelajaran untuk kedepannya.
Berada di lingkungan toxic tidaklah hilang saat punya anak dan keluarga, inner child adalah hambatan saya, saya berusaha keluar dari inner child saya saat saya punya keluarga. Saya minim sentuhan, tidak hangat dan cenderung tidak mau diskusi, cenderung penurut dan cepat menangis juga cepat marah. Iya, 20tahun di keluarga toxic, masih ada bekasnya, tetapi tetap fokus dengan anak dan keluarga. Fokus dengan membahagiakan keluarga kecil, tetap dekat dengan Allah dan bermanfaatlah bagi sesama.
Lalu, bagaimana saya dengan keluarga? sama seperti alm Vannesa Angel, saya tetap baik krn bagaimanapun mereka ortu saya dan keluarga saya. Tetapi, saya tidak akan mengganggu saat mereka bahagia dan saya tidak ingin terlibat saat mereka bahagia, saya akan membantu sebisa saya saat mereka membutuhkan dan saya akan selalu ada saat mereka terpuruk. Selain itu, saya akan menjauh, saya akan datang tetapi tidak tiap hari, akan ada silaturahmi tetapi tidak sering. Agar mereka bisa bahagia dengan hidupnya dan sayapun juga.
Vannesa, kamu hebat. Saya menangis membayangkan sedihnya menjadi seorang Vannesa, tapi, insyaAllah kamu tenang disana, banyak yang sayang sama kamu termasuk saya yang bukan apa - apa tetapi merasa terenyuh dan memanjatkan doa untukmu disana. Terima kasih sudah menjadi motivator, terima kasih sudah menginspirasi. Semoga kamu disana Husnul Khotimah.Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar