Tidak bisa dipungkiri, 2 bulan PSBB membuat beberapa orang bosan. Industri pariwisata juga terkena dampaknya. Ahirnya karena alasan ekonomi, industri pariwisata dibuka kembali dengan beberapa batasan protokol kesehatan. Tidak hanya wisata, restoran pun juga tetap buka, bahkan sampai ramai membludak banyak orang.
Saat seperti ini harus jeli2 melihat kondisi. Bagaimana berwisata yang "aman" walau sebenarnya juga belum dibilang aman karena pandemi belum berahir. Tetapi, resikonya bisa dikurangi dan tetap nyaman. Beberapa hal yang saya perhatikan saat memutuskan untuk pergi ketempat wisata saat pandemi yaitu :
1. Tempat / lokasinya menerapkan protokol kesehatan. Semua masuk wajib pake masker, ada tempat cuci tangan dan menerapkan jaga jarak antrian dan tempat duduk. Walau pada kenyataannya ada yang tidak diterapkan sepenuhnya karena ramainya pengunjung yang datang. Terkadang tidak bisa mengawasi didalam tempat wisata apakah pengunjung berjaga jarak atau memakai masker setiap saat.
2. Lokasinya outdoor dan ventilasinya bagus. Saya memilih lokasi outdoor agar mengurangi resiko aerosol dan tidak perlu membawa air purifier juga.
3. Mencari waktu sepi pengunjung. Nah, karena membawa anak anak, harus diketahui juga kalau anak saya ini kalau sudah senang, lupa sama jaga jarak, lupa sama hand sanitiser dan ahirnya harus diawasi terus. Carilah waktu dimana tidak banyak orang jadi aman. Biasanya memang di hari kerja dan jamnya juga siang mendekati tutup sehingga tidak terlalu banyak orang.
4. Tempat wisata yang boleh membawa makanan dari luar. Ini penting agar anak2 tidak jajan disana karena masalah resiko keamanan tadi dan saya tidak perlu semprot sana semprot sini makanan dan packing makanan yang dibeli sebelum dimakan.
5. Tempat wisata yang memungkinkan membayar non cash. Bisa debit atau pakai akun ovo, gopay dan pembayaran online lainnya.
6. Tempat wisata tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga bisa pulang pergi tanpa harus menginap. Karena masih belum siap dengan resiko menginap.
7. Minim oleh oleh atau jajanan. Ini juga membawa resiko kalau tidak langsung dilap ditempat dan disemprot desinfektan. Kalau memang mau membawa pulang oleh oleh, harus bawa box dan ditaruh di box dimobil dan tidak disentuh sampai rumah sebelum disemprot desinfektan.
Setelah memutuskan tempat wisata dan waktunya, perlengkapan yang dibawa saat menuju tempat wisata :
1. Masker. Kalau tidak banyak orang dan semua pegawainya melakukan protokol, cukup dengan masker kain 3 lapis dengan filter PM 2,5 atau masker medis. Kalau agak ramai orang, tambahkan face shield. Berlaku juga untuk anak2. Membawa pula cadangan masker kalau kotor atau basah.
2. Face shield. Membawa face shield untuk situasi yang ramai dan pada saat antri.
3. Makan dan minum juga perlengkapan makan dan minum.
4. Hand sanitiser spray. Spray ini untuk menyemprot keran air, meja untuk makan, kursi untuk duduk, pagar atau permukaan apapun sebelum disentuh. Setelah itu, untuk membersihkan tangan setelah memegang permukaan dan sebelum menyentuh muka. Saya lebih suka bawa hand sanitiser spray dibandingkan desinfektan karena terkadang bau desinfektan itu menyengat dan bikin pusing.
5. Perlengkapan sholat.
6. Tissue basah. Tissue basah ini untuk mengelap permukaan setelah disemprot hand sanitiser. Saat beli camilan juga untuk mengelap camilan setelah disemprot hand sanitiser.
7. Jaket. Untuk lebih mengurangi resiko, membawa jaket sebagai tambahan alat pelindung diri saat diluar dan dilepas sebelum masuk ke mobil.
8. Baju ganti dan sepatu sandal ganti. Saat basah dan kotor, membawa ganti agar bersih sebelum masuk mobil.
Setelah sampai rumah sepulang dari berwisata, yang dilakukan adalah :
1. Mandi, keramas, cuci muka dengan bersih.
2. Baju langsung dicuci dimesin cuci termasuk masker.
3. Semprot semua barang yang dibawa termasuk oleh oleh termasuk sepatu.
4. Semprot dalam mobil dan gagang pintu mobil dengan desinfektan.
5. Angin anginkan face shield dan semua barang2 sebelum dibawa masuk.
Juni - Juli saya berkunjung ke :
1. Taman kelinci padusan.
2. Taman safari prigen
3. Mangrove wonorejo surabaya
4. Kebun pak budi purwosari
Sangat ribet kalau saya dan itu juga saya lakukan ihtiyar , walaupun memang lebih aman dirumah. Tetapi keluar juga bisa dengan resiko minim. Bismillah dijauhkan dari pandemi covid.
#wisatapandemi
#wisatasaatpandemi
#wisatanewnormal
#wisataprotokolkesehatan
Rabu, 29 Juli 2020
Perlengkapan Bekerja saat Pandemi Menghindari Paparan Aerosol Covid Dikantor
Setelah mengetahui dari WHO bahwa pandemi covid ini menular melalui aerosol, langsung ada penyesuaian dikantor. Penyesuaian ruang agar tidak banyak orang dan rapat yang terbatas. Membuat jadwal juga kedatangan karyawan agar tidak bersamaan.
Selain itu, mengetahui memang kantor dibuka karena kondisi eknonomi dan perusahaan memang akan mudah menemukan karyawan baru saat ada karyawannnya yang sakit ataupun meninggal, maka sebagai karyawan saya wajib menjaga diri saya selama dikantor agar bisa tetap bertahan.
Perlengkapan yang saya bawa selama dikantor :
1. Hand sanitiser Spray. Mengapa yang spray? Karena bisa buat semprot gagang pintu., mesin absensi, meja, kursi dan lainnya sebelum dipegang.
2. Tissue basah. Buat mengelap meja sebelum digunakan.
3. Tissue kering. Mengelap tangan setelah mencuci tangan.
4. Alat makan dan minum
5. Alat sholat
6. Nah ini yang paling penting, AIR PURIFIER. Penjernih ruangan dengan filter hepa. Walau penelitian masih meragukan kemampuan filter HEPA dalam membunuh virus covid krn virus tsb sangat kecil, tapi direkomendasikan penggunaannya di ruang tertutup.
Air purifier yang saya gunakan portable dan dayanya dari usb. Cukup untuk 1 - 6m2 ruangan dan suaranya tidak berisik. Fiternya juga carbon dan hepa. Cocok untuk dibawa rapat dan diruangan tertutup AC.
Saya beli air purifier portable ini merk bowin karena selain kecil, mudah dibawa, mudah digunakan, suaranya tidak berisik juga filternya bisa diganti.
Selain itu dihindari membuka masker saat banyak orang. Menghindari juga makan bersama atau pada saat makan, tidak ada yang berbicara juga tetap menjaga jarak aman. Saya kalau makan diruang terbuka dan sendirian atau diruang tertutup, tetapi sendirian . Masker yang saya pakai masker kain dengan filter atau masker kain bisas + masker medis dan ditambah dengan face shield juga kacamata saat kekantor. Saya kalau dikantor kemana2 membawa hand sanitiser untuk membuka pintu, membersihkan handle keran air sebelum dipakai, kemudian membersihkan tangan setelahnya. Ribet memang, tapi demi tetap bertahan di masa pandemi ini.
Bismillah. Mencari uang selama pandemi dengan aman.
#reviewairpurifier
#airpurifierhepa
#airpurifierbowinhepa
#bekerjapandemi
#tipsamanbekerja
#tipsbekerjapandemi
#mengindariaerosolcovid
Selain itu, mengetahui memang kantor dibuka karena kondisi eknonomi dan perusahaan memang akan mudah menemukan karyawan baru saat ada karyawannnya yang sakit ataupun meninggal, maka sebagai karyawan saya wajib menjaga diri saya selama dikantor agar bisa tetap bertahan.
Perlengkapan yang saya bawa selama dikantor :
1. Hand sanitiser Spray. Mengapa yang spray? Karena bisa buat semprot gagang pintu., mesin absensi, meja, kursi dan lainnya sebelum dipegang.
2. Tissue basah. Buat mengelap meja sebelum digunakan.
3. Tissue kering. Mengelap tangan setelah mencuci tangan.
4. Alat makan dan minum
5. Alat sholat
6. Nah ini yang paling penting, AIR PURIFIER. Penjernih ruangan dengan filter hepa. Walau penelitian masih meragukan kemampuan filter HEPA dalam membunuh virus covid krn virus tsb sangat kecil, tapi direkomendasikan penggunaannya di ruang tertutup.
Air purifier yang saya gunakan portable dan dayanya dari usb. Cukup untuk 1 - 6m2 ruangan dan suaranya tidak berisik. Fiternya juga carbon dan hepa. Cocok untuk dibawa rapat dan diruangan tertutup AC.
Saya beli air purifier portable ini merk bowin karena selain kecil, mudah dibawa, mudah digunakan, suaranya tidak berisik juga filternya bisa diganti.
Selain itu dihindari membuka masker saat banyak orang. Menghindari juga makan bersama atau pada saat makan, tidak ada yang berbicara juga tetap menjaga jarak aman. Saya kalau makan diruang terbuka dan sendirian atau diruang tertutup, tetapi sendirian . Masker yang saya pakai masker kain dengan filter atau masker kain bisas + masker medis dan ditambah dengan face shield juga kacamata saat kekantor. Saya kalau dikantor kemana2 membawa hand sanitiser untuk membuka pintu, membersihkan handle keran air sebelum dipakai, kemudian membersihkan tangan setelahnya. Ribet memang, tapi demi tetap bertahan di masa pandemi ini.
Bismillah. Mencari uang selama pandemi dengan aman.
#reviewairpurifier
#airpurifierhepa
#airpurifierbowinhepa
#bekerjapandemi
#tipsamanbekerja
#tipsbekerjapandemi
#mengindariaerosolcovid
Label:
Cerita Mama
Perlengkapan Protokol Kesehatan Selama Pandemi
Selama pandemi covid sudah hampir 5 bulan ini, perlengkapan protokol kesehatan terutama masker, face shield dan kacamata medis perlu pencarian yang lama sehingga sesuai dengan kebutuhan saat ini dan proteksinya maksimal.
Sesuai saran WHO, masker proteksi maksimal untuk masker kain yaitu yang 3 lapis. Kalau face shield harus digabung dengan masker.
MASKER
Saya sudah mencoba berbagai masker. Masker scuba, masker kain katun 2 lapis, katun 3 lapis, masker kain dengan filter dan lainnya. Bahkan ditotal ada 30 pcs masker karena seringnya mencoba masker ini dan itu. Setelah pencarian masker, inilah masker kain yang cocok di saya selain masker N95 dan masker medis.
Masker ini saya beli di salah satu toko di shopee. Masker ini masker ini saya pilih karena :
1. Masker kain 3 lapis
2. Ujungnya ada kawatnya di hidung jadi pas ukurannya
3. Duckbill jadi nyaman bernafas
4. Tali earloop nyaman dan bisa disesuaikan ukurannya
5. Menutup dagu dan pipi dengan baik
6. Ada tempat untuk diisi filter ( Filternya pakai filter PM 2.5 atau pakai tissue dapur yang tissue menyerap minyak )
Ada juga untuk ukuran anaknya. Harganya 20rb an, agak mahal dibandingkan masker kain biasa, tetapi ini masker kain yang cocok di saya setelah pencarian sekian lama.
FACE SHIELD
Pelindung muka ini untuk melindungi paparan ke muka. Sudah beli hampir 5 jenis face shield. Face shield ini direkomendasikan dipakai dengan masker dan tidak bisa menggantikan fungsi masker.
Ini face shield yang cocok disaya. Belinya ada di online dan ada yang beli di teman kantor saya. 3 face shield ini facvorit karena :
1. Menutup sempurna bagian atas, samping kiri kanan sampai bawah dagu
2. Ada tali belakang dan bisa disesuaikan jadi tidak sakit dikepala.
3. Ringan bahannya. Terutama yang kiri bahannya plastik jadi tidak sakit. Yang lainnya bahannya agak berat, seperti kaca helm cuma lumayan tidak bikin sakit dikepala.
Bisa buka dan tutup tidak terlalu jadi pertimbangan penting. Harga face shield ini dari 20 - 50ribuan.
KACAMATA MEDIS
Kacamata medis ini penting digunakan di saat tertentu seperti saat kontak dekat dengan orang dan saat dilingkungan yang dianggap rawan tertular covid.
Saya beli kacamata ini di online shop. 2 kacamata ini favorit karena :
1. Bentuknya tidak terlalu besar jadi masih sedikit ada fashionnya.
2. Menutup samping kanan dan kiri mata, atas hidung dan atas mata. Terutama yang putih bisa menutup atas mata dengan sempurna.
Harga kacamata ini 10 - 20ribu.
Nah, tidak setiap saat saya memakai 3 perlengkapan ini bersamaan. Ada kalanya hanya memakai masker saja, ada kalanya ketiganya saya pakai.
Inilah beberapa kondisi dengan perlengkapan yang dipakai :
1. Ruang terbuka bukan di RS dan Tidak banyak orang = Masker medis hijau atau masker kain diatas dengan filter.
2. Ruang terbuka dan banyak orang bukan di RS = Masker medis hijau atau masker kain diatas dengan filter + Face shield
3. Di rumah sakit, praktek dokter baik sepi atau rame diruang terbuka atau tertutup = Masker N95/Medis hijau / Masker kain dg filter ( Kadang malah digabung, medis + kain dg filter ) + face shield + Kacamata medis
4. Di ruang tertutup selain di RS baik banyak orang atau tidak = Masker N95/Masker Medis/Masker kain dengan filter ( kadang gabung masker kain diatas dg filter + Masker medis ) + face shield + kacamata biasa / Medis kalau di satu ruangan ada yang tidak pakai masker dan banyak orang atau maskernya tidak sempurna.
Bismillah. Ihtiyar maksimal dilakukan. Semoga tetap sehat dan terhindari dari wabah. Juga semoga corona segera berlalu.
#perlengkapanprotokolkesehatan
#reviewfaceshield
#reviewmasker
#reviewkacamatamedis
#pelindungcovid
#faceshieldterbaik
#maskerterbaik
#kacamatamedisterbaik
Sesuai saran WHO, masker proteksi maksimal untuk masker kain yaitu yang 3 lapis. Kalau face shield harus digabung dengan masker.
MASKER
Saya sudah mencoba berbagai masker. Masker scuba, masker kain katun 2 lapis, katun 3 lapis, masker kain dengan filter dan lainnya. Bahkan ditotal ada 30 pcs masker karena seringnya mencoba masker ini dan itu. Setelah pencarian masker, inilah masker kain yang cocok di saya selain masker N95 dan masker medis.
Masker ini saya beli di salah satu toko di shopee. Masker ini masker ini saya pilih karena :
1. Masker kain 3 lapis
2. Ujungnya ada kawatnya di hidung jadi pas ukurannya
3. Duckbill jadi nyaman bernafas
4. Tali earloop nyaman dan bisa disesuaikan ukurannya
5. Menutup dagu dan pipi dengan baik
6. Ada tempat untuk diisi filter ( Filternya pakai filter PM 2.5 atau pakai tissue dapur yang tissue menyerap minyak )
Ada juga untuk ukuran anaknya. Harganya 20rb an, agak mahal dibandingkan masker kain biasa, tetapi ini masker kain yang cocok di saya setelah pencarian sekian lama.
FACE SHIELD
Pelindung muka ini untuk melindungi paparan ke muka. Sudah beli hampir 5 jenis face shield. Face shield ini direkomendasikan dipakai dengan masker dan tidak bisa menggantikan fungsi masker.
Ini face shield yang cocok disaya. Belinya ada di online dan ada yang beli di teman kantor saya. 3 face shield ini facvorit karena :
1. Menutup sempurna bagian atas, samping kiri kanan sampai bawah dagu
2. Ada tali belakang dan bisa disesuaikan jadi tidak sakit dikepala.
3. Ringan bahannya. Terutama yang kiri bahannya plastik jadi tidak sakit. Yang lainnya bahannya agak berat, seperti kaca helm cuma lumayan tidak bikin sakit dikepala.
Bisa buka dan tutup tidak terlalu jadi pertimbangan penting. Harga face shield ini dari 20 - 50ribuan.
KACAMATA MEDIS
Kacamata medis ini penting digunakan di saat tertentu seperti saat kontak dekat dengan orang dan saat dilingkungan yang dianggap rawan tertular covid.
Saya beli kacamata ini di online shop. 2 kacamata ini favorit karena :
1. Bentuknya tidak terlalu besar jadi masih sedikit ada fashionnya.
2. Menutup samping kanan dan kiri mata, atas hidung dan atas mata. Terutama yang putih bisa menutup atas mata dengan sempurna.
Harga kacamata ini 10 - 20ribu.
Nah, tidak setiap saat saya memakai 3 perlengkapan ini bersamaan. Ada kalanya hanya memakai masker saja, ada kalanya ketiganya saya pakai.
Inilah beberapa kondisi dengan perlengkapan yang dipakai :
1. Ruang terbuka bukan di RS dan Tidak banyak orang = Masker medis hijau atau masker kain diatas dengan filter.
2. Ruang terbuka dan banyak orang bukan di RS = Masker medis hijau atau masker kain diatas dengan filter + Face shield
3. Di rumah sakit, praktek dokter baik sepi atau rame diruang terbuka atau tertutup = Masker N95/Medis hijau / Masker kain dg filter ( Kadang malah digabung, medis + kain dg filter ) + face shield + Kacamata medis
4. Di ruang tertutup selain di RS baik banyak orang atau tidak = Masker N95/Masker Medis/Masker kain dengan filter ( kadang gabung masker kain diatas dg filter + Masker medis ) + face shield + kacamata biasa / Medis kalau di satu ruangan ada yang tidak pakai masker dan banyak orang atau maskernya tidak sempurna.
Bismillah. Ihtiyar maksimal dilakukan. Semoga tetap sehat dan terhindari dari wabah. Juga semoga corona segera berlalu.
#perlengkapanprotokolkesehatan
#reviewfaceshield
#reviewmasker
#reviewkacamatamedis
#pelindungcovid
#faceshieldterbaik
#maskerterbaik
#kacamatamedisterbaik
Label:
Cerita Mama
Pembelajaran Daring ( Strategi pembelajaran dan Outputnya )
Sudah hampir 5 bulan pembelajaran daring. Untuk semester kedua bulan April - Juni mungkin masih awal awal belajar dan penyesuaian. Masih belum ada titik jenuhnya. Setelah memasuki tahun ajaran baru, mulai sudah ada titik jenuh baik anak dan orang tua. Saya sendiri merasakan titik jenuh itu. Tetapi, saya dan suami berfikir, ini adalah saat yang pas untuk meningkatkan kemampuan si kakak yang tidak terlalu lama disekolah dengan membuat kurikulum sendiri dirumah.
#pembelajarandaring
#targetdaring
#strategidaring
#pembelajaranonline
#targetpembelajaranonline
#daringsdkelas2
Selama daring ini, saya dan suami tidak meminta target yang terlalu besar dan banyak ke anak saya. target saya, anak saya bisa mengembangkan bakatnya dan bisa berkarya dengan bakat yang dimilikinya. Kegiatan dan target yang saya dan suami atur untuk anak saya :
Religius / Agama :
1. Sholat 5 waktu
2. Hafalan 1 minggu 5 ayat
3. Tillawati 2 hari 1 halaman
Pelajaran / Bernalar :
1. Mengerjakan PR yang diberikan sekolah
2. Mengerjakan soal matematika yang merupakan satu satunya mata pelajaran yang disukai walau tidak bagus juga, yang penting ada 1 pelajaran favorit dan berharap akan bagus dengan ini.
3. Membaca buku tentang pengetahuan umum
4. Melakukan eksperimen sains
Life Skill :
1. Bertanggung jawab membawa minuman sebelum tidur
2. Mengisi minuman kosong setiap harinya
3. Membereskan mainannya
4. Mempersiapkan seragam dan buku sekolah
Passion / Bakat :
1. Les bahasa inggris karena si kakak suka dengan pelajaran ini
2. Membuat desain karya dari Lego 1 minggu 1 karya
Tidak perlu sempurna, yang penting rutin setiap harinya. Berharap si kakak masih bisa belajar dengan gembira dan bakatnya juga mulai terlihat.
#pembelajarandaring
#targetdaring
#strategidaring
#pembelajaranonline
#targetpembelajaranonline
#daringsdkelas2
Label:
Cerita Mama
Selasa, 07 Juli 2020
Tahap kupu kupu minggu ke 7
Ahirnya minggu ke 7.Tidak terasa sudah 7 minggu mementori dan belajar. Minggu ini banyak mementori.Teman mentee semangatnya luar biasa.kadang saya jadi malu sendiri karena kurang maksimal menjadi mentor. Mereka semangat sekali melakukan tantangan 1 minggu 1 portfolio dan peningkatan kemampuan menulisnya luar biasa.
Minggu ini saya merasa program mentor kali ini berwarna sekali.saling mengisi dan saling menyemangati. Booster semangat sekali disaat saya memang merasa down dengan kondisi pandemi saat ini.
Kamipun saling berbagi dan memberikan feedback yang membuat saya meleleh dan bahagia sekali.Terima kasih buat mentee mbak2 yang mau belajar dengan saya.
Minggu ini saya merasa program mentor kali ini berwarna sekali.saling mengisi dan saling menyemangati. Booster semangat sekali disaat saya memang merasa down dengan kondisi pandemi saat ini.
Kamipun saling berbagi dan memberikan feedback yang membuat saya meleleh dan bahagia sekali.Terima kasih buat mentee mbak2 yang mau belajar dengan saya.
Label:
Cerita Mama
Minggu, 05 Juli 2020
Refleksi Seorang Ibu dan Anak
Sebagai seorang ibu baru, saya belajar untuk menjadi ibu yang baik untuk anak - anak saya. Beberapa teori parenting juga saya ikuti. Beberapa seminar dan buku parenting juga saya baca. Intinya saya ingin Allah melihat cara saya mendidik dan cara saya mencari ilmu dalam mendidik anak dan mencari referensi terbaik dalam mendidik titipannya. Walau saya tahu, cobaan itu akan datang walau sebaik apa kita mencari ilmu.Tapi semoga ini merupakan ladang pahala dan selama kita ihtiyar maksimal semoga dilancarkan dan diridhoi. Sebagai seorang ibu memang susah untuk menerapkan semua jenis parenting yang ada. Mulai komunikasi, pemahaman anak, cara belajar dan lainnya. Emosi dan Kelelahan kadang membuat kita abai dan tidak melakukan semua itu. Tetapi, saat kita sadar akan salah, kita mau memperbaiki diri baik dengan cara memperbaiki komunikasi atau dengan bantuan pihak ketiga untuk menengahi masalah sehingga semua akan kembali normal. Langkah awal introspeksi dan memperbaiki diri ini juga ada rujukan bertanya ini penting bagi saya sebagai seorang ibu. Selain Me Time untuk agar meningkatkan kewarasan akan banyaknya aktifitas dan tanggung jawab sebagai ibu dan istri. Juga meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah dengan beribadah dan beramal sholeh. Mengakui kesalahan + Mencari solusi + Mendekatkan diri pada Allah + Me Time itu adalah kunci dari keberhasilan mendidik anak. Tidak semua teori bisa dilakukan dan tidak semua ibu sempurna, tetapi yang penting bagi kita sudah melakukan yang terbaik.Melakukan yang terbaik itu dari sisi orang yang ahli ( psikolog, ustadz/ustadzah pemuka agama ) bukan dari individu pribadi. Ada yang salah, perbaiki, tingkatkan.
Sebagai seorang anak, saya hanyalah anak yang minta disayangi. Diajak bicara dan dihargai. Bukan hanya diberi makan, diberi pakaian, disekolahkan juga diberi segudang fasilitas dan segudang aturan rutinitas. Untuk sesuatu yang berhubungan dengan psikologis dan emosi kejiwaan, diharapkan untuk mencari sendiri karena fasilitas sudah ada. Walau ada dengan aturan dan rutinitas yang membuat batasan dari sisi sosial sehingga tidak salah dalam mencari teman dan lingkungan, tetapi kekosongan jiwa, kemandirian dan kedewasaan itu tidak terbentuk dengan sempurna. Ini yang terkadang saya sebagai seorang anak terjebak dalam inner child saya yang membuat saya kurang bijak dalam menyikapi anak2 saya juga mudah emosi. Inner child inilah masalah saya. Saya harus dapat memaafkan kesalahan pengasuhan orang tua dimasa lalu. Saya sadar, saya sendiri mungkin saat menjadi ortu nanti juga tidak sempurna. Tetapi paling tidak saya akan menyadari kesalahan dan memeperbaikinya. Memang harus berfikir maju kedepan. Berfikir soal anak dan keluarga mau dibawa kemana ini keluarga karena nenek dan kakek tidak akan membantu untuk mengawasi dan bertanggung jawab terhadap cucu cucunya.
Pengalaman menjadi seorang anak, kemudian sekarang menjadi seorang ibu juga seorang istri yang memiliki banyak tanggung jawab baru, membuat semakin dewasa dan bijak menyikapi hidup. Membaca kisah nabi, istri nabi, sahabat nabi dan orang lain membuat kita mengetahui dan menjalankan hidup lebih bermakna karena hidup itu sementara. Lelah memang tetapi harus dijalani. Tanya pada diri sendiri mau apa kamu agar kamu lebih baik. Mau apa kamu agar kamu bisa berfikir baik. Mau apa kamu agar kamu bisa menjalankan tugas dengan baik.
Semoga menjadi refleksi diri saya. Saya ini manusia biasa yang punya keterbatasan dan kesalahan. tetapi selama masih bisa bangkit dan mencoba, semuanya InsyaAllah diridhoi.
Sebagai seorang anak, saya hanyalah anak yang minta disayangi. Diajak bicara dan dihargai. Bukan hanya diberi makan, diberi pakaian, disekolahkan juga diberi segudang fasilitas dan segudang aturan rutinitas. Untuk sesuatu yang berhubungan dengan psikologis dan emosi kejiwaan, diharapkan untuk mencari sendiri karena fasilitas sudah ada. Walau ada dengan aturan dan rutinitas yang membuat batasan dari sisi sosial sehingga tidak salah dalam mencari teman dan lingkungan, tetapi kekosongan jiwa, kemandirian dan kedewasaan itu tidak terbentuk dengan sempurna. Ini yang terkadang saya sebagai seorang anak terjebak dalam inner child saya yang membuat saya kurang bijak dalam menyikapi anak2 saya juga mudah emosi. Inner child inilah masalah saya. Saya harus dapat memaafkan kesalahan pengasuhan orang tua dimasa lalu. Saya sadar, saya sendiri mungkin saat menjadi ortu nanti juga tidak sempurna. Tetapi paling tidak saya akan menyadari kesalahan dan memeperbaikinya. Memang harus berfikir maju kedepan. Berfikir soal anak dan keluarga mau dibawa kemana ini keluarga karena nenek dan kakek tidak akan membantu untuk mengawasi dan bertanggung jawab terhadap cucu cucunya.
Pengalaman menjadi seorang anak, kemudian sekarang menjadi seorang ibu juga seorang istri yang memiliki banyak tanggung jawab baru, membuat semakin dewasa dan bijak menyikapi hidup. Membaca kisah nabi, istri nabi, sahabat nabi dan orang lain membuat kita mengetahui dan menjalankan hidup lebih bermakna karena hidup itu sementara. Lelah memang tetapi harus dijalani. Tanya pada diri sendiri mau apa kamu agar kamu lebih baik. Mau apa kamu agar kamu bisa berfikir baik. Mau apa kamu agar kamu bisa menjalankan tugas dengan baik.
Semoga menjadi refleksi diri saya. Saya ini manusia biasa yang punya keterbatasan dan kesalahan. tetapi selama masih bisa bangkit dan mencoba, semuanya InsyaAllah diridhoi.
Label:
Cerita Mama
Refleksi Pandemi Corona - Covid19
Sudah hampir 4 bulan ini pandemi covid-19 masih ada. Jumlah kasus masih meningkat dan puncaknya saja juga belum diprediksi. Covid-19 merupakan pandemi pertama yang dihadapi dalam hidup saya dan mungkin oleh banyak orang lainnya setelah flu singapore dan ebola yang saat itu saya masih belum lahir. Karena masih pertama dan belum ada pengalaman, maka yang pasti kalau tidak penting juga sakit harus dirumah. Saya tinggal di Surabaya dimana di bulan ke 4 ini kasusnya banyak walau progress sembuhnya juga banyak. yang pasti, teman saya yang tenaga medis di rs bilang kl rs penuh sehingga beberapa pasien harus masuk waiting list.
Himbauan Pemerintah tentang Pencegahan Pandemi Covid-19 :
1. Pakai masker. WHO menghimbau masker 3 lapis, tapi pemerintah hanya bilang masker saja sehingga banyak yg memakai masker hanya 2 lapis. Sehingga kurang maksimal.
2. Jaga jarak. Himbauan pemerintah jaga jaran 1 meter. Dari Who 2 meter. Terkadang tidak semua jg paham dan punya sense 1 atau 2 meter ini.
3. Cuci tangan pakai sabun / Handsanitiser. Di awal2 pada heboh borong hand sanitiser, ternyata sabun saja apapun bisa membunuh virus ini tapi harus dicuci 20 detik dan semuanya rata.
4. Tidak boleh berkerumun dan mengadakan aktifitas yg mengumpulkan banyak orang.
5. Cara batuk yang benar. Harus ditutup di lengan atau tangan dan cuci tangan setelahnya. Terkadang saya pernah menemui orang kalau batuk maskernya dibuka dan setelah batuk ditutup kembali.
Kondisi sosial masyarakat :
Masyarakat surabaya pada khususnya di bulan ini mulai jenuh dirumah saja. Pemerintah pun dari bu risma walikota membuka PSBB dengan alasan ekonomi walau kondisi di RS masih full dan kasus baru juga masih bertambah. Masyarakat DIHIMBAU beraktifitas dengan menerapkan protokol kesehatan tetapi tidak ada yang namanya NEW Normal, adanya ya hanya NORMAL saja. Hanya sedikit orang yang benar benar menetapkan New Normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru dengan baik. Hanya ada himbauan tanpa sangsi tegas sehingga dengan kondisi sosial masyarakat yang kurang disiplin, saat2 tertentu saja mereka melakukannya. Padahal di portal media baik sosial media atau radio di Surabaya selalu menghinbau.
- Pakai Masker. Tidak semua orang khususnya di Surabaya yang paham kalau masker bisa melindungi dan jenis masker apa saja yang bisa melindungi. Terakdang masker hanya dipakai di leher dan renggang memakainya karena berbagai alasan. Selain itu juga dianggap aneh krn memakai masker di lingkungan sekitarnya. DIanggap sakit dan pembawa virus sehingga pemakaian masker tidak maksimal.
- Jaga jarak. Kebanyakan secara sosial, masyarakat memang suka berinteraksi dengan sesamanya. suka bercerita dan nongkrong di cafe atau warkop. Jaga jarak ini hanya subyektif saja 1 - 2 meter terkadang juga secara objektif 1 meter tidak diukur pasti jadi hanya perkiraan saja. Sehingga saat PSBB dibuka, beberapa orang masih duduk bersama tanpa jaga jarak.
- Cuci tangan. Ini juga di beberapa tempat diletakkan tempat cuci tangan, tetapi tidak ada sabunnya dan hanya air saja. Beberapa orang juga belum terbisas melakukan kebiasaan ini. belum lagi sabun yang mana dulu itu ada yg bertanya krn sabun cair juga mahal. Padahal dengan sabun colek, sabun apapun bisa sabun batang pun juga.
- Berkerumun. Untuk jaga jarak secara perkiraan saja masih susah apalagi berkerumun. Kerja bakti, rapat, pertemuan bersama juga masih banyak dilakukan.
- Etika Batuk. Beberapa masyarakat sudah sadar kalau batuk harus didalam masker, dilengan atau ditutup pakai tangan setelah itu cuci tangan. Tetapi beberapa juga masih abai dan masih batuk seperti biasa.
Masyarakat patuh protokol saat ditempat2 tertentu. Seperti Mall yg mengharuskan pakai masker, security sering berjalan untuk mengecek. Di jalanan umum yang saat naik kendaraan harus pakai masker. Di kantor juga mereka terpaksa harus ikut aturan pakai masker dan protokol kesehatan.
Ditambah lagi dengan adanya teori2 konspirasi dimana sehingga melemahkan penerapan protokol kesehatan. Juga secara sosial, masyarakat surabaya memang senang berkumpul dan berinteraksi dengan sesama sehingga agak susah untuk menerapkan protokol kesehatan yang benar. Ditambah pemerintah yang seakan2 bilang bahwa kesembuhan tinggi sehingga banyak yang mengabaikan.
Selain itu juga STIGMA masyarakat soal orang yang terjangkit covid ini seakan2 aib dan seakan2 pembawa virus yang membuat beberapa orang enggan untuk berobat walaupun secara tracing tracking pernah dekat dan berinteraksi dengan yang terkonfirmasi positif.
Pandemi ini juga membawa agama. Ada himbauan tidak kemasjid, itu jg dilanggar. Ahirnya masyarakat dipersilahkan untuk beraktifitas normal.
Masyarakat yang PATUH protokol. Hanya dirumah saja kalau tidak penting tidak keluar, pakai masker yang sesuai dan jaga jarak juga bawa hand sanitiser kemana2 malah dianggap aneh. Dianggap sakit dan lebay.
Kondisi Medis :
Dari web covid-19 Indonesia, web kemenkes, portal sosial media pemerintah juga informasi dari beberapa teman yang langsung menangani kasus juga bekerja di RS.
1. Tidak semua orang yang meninggal selalu ada penyakit bawaan. Beberapa tidak ada penyakit bawaan.
2. Ventilator penuh. Ada teman yang meninggal krn tidak kebagian ventilator.
3. Tenaga medis ( dokter dan perawat ) banyak yang terpapar dan ada beberapa yang meninggal dunia. Petugas lab dan radiologi juga ada yang terpapar dan ada yang meningga.
4. RS kekurangan APD sehingga APD dipakai sampai shift selesai terkadang sampai 8 jam .
5. Hasil swab lama karena antri di lap sedangkan alat dan petugas lab terbatas.
6. Mayoritas pasien terkonfimasi positif bisa sembuh dan OTG. Tetapi ada yang berat dan memerlukan perawatan sedangkan RS terbatas.
7. Beberapa masyarakat ada yang dirujuk ke RS luar kota seperti madiun karena keterbatasan ruang di rumah sakit.
Kondisi kondisi ini yang pemerintah harusnya turun tangan. Masyarakat juga jangan hanya minta haknya dirawat tetapi kewajiban protokol kesehatan dan menjaga masing2 juga diabaikan. Tenaga medis juga terkadang mendapatkan stigma yang buruk di masyarakat ditambah fitnah insentif, bonus dan lainnya yang dijanjikan dan sampai hari ini belum menerima. Masyarakat yang tidak mendukung malah menganggap semua itu wajar juga semakin memberatkan tugas tenaga medis. Tenaga medis berjuang dan dengan gigihnya merawat pasien dengan kondisi terbatas.
Dari kondisi sosial masyarakat dan medis diatas selama 4 bulan ini, rasanya kalau tetap menerapkan protokol kesehatan akan dianggap aneh. Dianggap lebay dan tidak sesuai dengan kenyataan. Krn yang digadang2kan adalah tingkat kesembuhan yang tinggi, kalau sakit ke rs saja pasti dirawat. Padahal tidak ada yang bisa memastikan apakah kalau kita terpapar akan OTG dan gejala rendah sedang atau malah gejalanya berat. Yang tidak ikut acara sosial masyarakat juga dianggap tidak bisa bekerjasama.
Di bulan ke 4 ini rasanya yang benar2 menerapkan protokol seperti berjuang sendiri. Rasanya seperti dihianati, disakiti dan ingin rasanya sudah nggak usah protokol. Mungkin bagi yang tingkat kepasarahannya tinggi, akan lepas protokol itu dan bersiap kalau memang sudah waktunya ya sudah. Tapi bagi yang lain ya serasa orang aneh yang beda sendiri. Disini kegalauan terjadi, pemerintah kurang tegas, masyarakat kurang disiplin, ahirnya pilihan itu tergantung dari masing masing individu. Terkadang dalam hati berkata, IKHTIYARlah maksimal, walau aneh tapi tetap akan dihitung pahala. Tetapi, terkadang godaan diluar soal perkataan orang itu masih berat rasanya walau saya tahu kalau kita sakit dan susah mencari RS, orang lain tidak akan peduli. Hanya bisa memberikan ucapan. Ingin rasanya dilingkungan yang semuanya menerapkan protokol kesehatan dengan sempurna, tetapi keinginan memang tidak seindah kenyataan. Sekuat apa kita bertahan kalau badai terus menerpa juga akan jatuh juga. Ini saya ya sebagai pribadi yang merasa seperti ini, apa ada yang seperti ini atau malah saya dianggap aneh ini. Entahlah, yang pasti Allah punya perhitungan sendiri ditengah kegalauan saya ini. Pingin pindah tapi kemana dan bagaimana dengan pekerjaan. Tetap disini tetapi ya kondisi begini. Tidak setiap hari memang mengalami dilema begini, tetapi ada kalanya kita lelah karena semua ini dan harus tetap bertahan tetapi mencari semangat untuk bangkit lagi.
Di 4 bulan ini saya banyak melakukan sesuatu yang dirumah saja
1. Membaca buku. Banyak tumpukan buku yang ahirnya terbaca dan ternyata banyak manfaatnya bagi jiwa perkembangan psikologis saya.
2. Mengikuti seminar online. Seminar parenting dan pendidikan paling banyak diikuti karena memang awal pembelajaran online yang semua harus belajar termasuk orang tuanya.
3. Menghias rumah dan berkebun. Karena dirumah, ahirnya banyak melakukan sesuatu untuk rumah. Setiap kamar dihias, setiap ruang kosong dihias juga.
Refleksi saya selama membaca dan mengetahui perkembangan soal corona ini adalah pentingnya riset dan literasi. Kemampuan membaca masyarakat dan saya juga yang rendah. Terkadang hanya membaca judul, mencari sumber dari omongan orang yang ternyata untuk membuat sebuah kesimpulan ilmiah itu tidak cukup. Harus ada data valid penelitian juga diambil dari sumber terpercaya dan yang penting sudah diujikan para ahli. Kalau hanya pendapat semata, itu hanya subyektif dan memilik batasan. Itulah gunanya para ahli dan itulah saya berfikir kalau kita sebagai umat manusia itu menjadi khalifah dimuka bumi. Karena kita memiliki ilmu yang bisa digunakan untuk membantu sesama. Dengan adanya pandemi ini, semua ranah ilmu harus bekerjasama. Mulai dari ekonomi, pendidikan, riset, kesehatan, sosiologi dan lainnya. Disinilah saya merasa apa yg dikatakkan ustadz hari santosa ini ada benarnya. Kita manusia makhluk komunal yang memiliki misi hidup rahmatan lil alamin yang berguna bagi sesamanya dengan ilmu masing masing yang kita miliki.
Saya merasa ilmu yang saya miliki, terkadang malah tidak yakin apa saya bisa dengan ilmu itu atau ilmu itu apa bakat saya ya padahal sudah hampir 40tahun umur saya masih bertanya soal itu. Dan apa benar kl dimanfaatkan, akan ada orang yang membutuhkan. Saat pandemi begini malah keluar refeleksi seperti itu. Tidak hanya anak yang sholeh dan amal jariyah, tetapi ilmu yang bermanfaat ini yang belum dimaksimalkan penggunaannya sebagai tabungan di akhirat.
Kepasarahan, mulai belajar pasrah dan tidak terlalu terikat dengan dunia. Walau ini juga susah dan masih belajar kayaknya mulai dari level 0 ini. Sejak almarhum papa saya meninggal, merasa bahwa dunia itu sementara dan saat meninggal memang kita berjuang sendiri dengan daya upaya kita sendiri. Saya sampai menulis wasiat dan surat untuk kedua anak saya saat mereka dewasa dan saat mereka menikah. Mudah2an saya masih sehat dan masih diberi kesempatan mendampingi anak anak saya sampai mereka dewasa, menikah dan punya anak. Masih diberi kesempatan tertawa sendiri membaca surat untuk anak2 saya. Dari dulu saya memang suka menulis untuk diri saya sendiri. Mau apa nanti kamu 5 tahun, 10 tahun dan saya senyum2 sendiri membaca tulisan itu. Sekarang saya berharap tulisan itu akan jadi refelksi diri saat pandemi ini berahir dan menjadi catatan penting dalam perjalanan hidup saya ini.
Yap, sisanya berharap semoga pandemi ini segera berahir dan kita hidup normal seperti biasa juga ada peningkatan amal dan kemampuan yang didapat selama pandemi ini sehingga bisa lebih dewasa menyikapi suatu hal dan peristiwa.
#covid19indonesia
#covidindonesia
#pandemicoronaindonesia
#coronaindonesia
#coronadirumahsaja
#refleksicorona
#refleksicovid
Himbauan Pemerintah tentang Pencegahan Pandemi Covid-19 :
1. Pakai masker. WHO menghimbau masker 3 lapis, tapi pemerintah hanya bilang masker saja sehingga banyak yg memakai masker hanya 2 lapis. Sehingga kurang maksimal.
2. Jaga jarak. Himbauan pemerintah jaga jaran 1 meter. Dari Who 2 meter. Terkadang tidak semua jg paham dan punya sense 1 atau 2 meter ini.
3. Cuci tangan pakai sabun / Handsanitiser. Di awal2 pada heboh borong hand sanitiser, ternyata sabun saja apapun bisa membunuh virus ini tapi harus dicuci 20 detik dan semuanya rata.
4. Tidak boleh berkerumun dan mengadakan aktifitas yg mengumpulkan banyak orang.
5. Cara batuk yang benar. Harus ditutup di lengan atau tangan dan cuci tangan setelahnya. Terkadang saya pernah menemui orang kalau batuk maskernya dibuka dan setelah batuk ditutup kembali.
Kondisi sosial masyarakat :
Masyarakat surabaya pada khususnya di bulan ini mulai jenuh dirumah saja. Pemerintah pun dari bu risma walikota membuka PSBB dengan alasan ekonomi walau kondisi di RS masih full dan kasus baru juga masih bertambah. Masyarakat DIHIMBAU beraktifitas dengan menerapkan protokol kesehatan tetapi tidak ada yang namanya NEW Normal, adanya ya hanya NORMAL saja. Hanya sedikit orang yang benar benar menetapkan New Normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru dengan baik. Hanya ada himbauan tanpa sangsi tegas sehingga dengan kondisi sosial masyarakat yang kurang disiplin, saat2 tertentu saja mereka melakukannya. Padahal di portal media baik sosial media atau radio di Surabaya selalu menghinbau.
- Pakai Masker. Tidak semua orang khususnya di Surabaya yang paham kalau masker bisa melindungi dan jenis masker apa saja yang bisa melindungi. Terakdang masker hanya dipakai di leher dan renggang memakainya karena berbagai alasan. Selain itu juga dianggap aneh krn memakai masker di lingkungan sekitarnya. DIanggap sakit dan pembawa virus sehingga pemakaian masker tidak maksimal.
- Jaga jarak. Kebanyakan secara sosial, masyarakat memang suka berinteraksi dengan sesamanya. suka bercerita dan nongkrong di cafe atau warkop. Jaga jarak ini hanya subyektif saja 1 - 2 meter terkadang juga secara objektif 1 meter tidak diukur pasti jadi hanya perkiraan saja. Sehingga saat PSBB dibuka, beberapa orang masih duduk bersama tanpa jaga jarak.
- Cuci tangan. Ini juga di beberapa tempat diletakkan tempat cuci tangan, tetapi tidak ada sabunnya dan hanya air saja. Beberapa orang juga belum terbisas melakukan kebiasaan ini. belum lagi sabun yang mana dulu itu ada yg bertanya krn sabun cair juga mahal. Padahal dengan sabun colek, sabun apapun bisa sabun batang pun juga.
- Berkerumun. Untuk jaga jarak secara perkiraan saja masih susah apalagi berkerumun. Kerja bakti, rapat, pertemuan bersama juga masih banyak dilakukan.
- Etika Batuk. Beberapa masyarakat sudah sadar kalau batuk harus didalam masker, dilengan atau ditutup pakai tangan setelah itu cuci tangan. Tetapi beberapa juga masih abai dan masih batuk seperti biasa.
Masyarakat patuh protokol saat ditempat2 tertentu. Seperti Mall yg mengharuskan pakai masker, security sering berjalan untuk mengecek. Di jalanan umum yang saat naik kendaraan harus pakai masker. Di kantor juga mereka terpaksa harus ikut aturan pakai masker dan protokol kesehatan.
Ditambah lagi dengan adanya teori2 konspirasi dimana sehingga melemahkan penerapan protokol kesehatan. Juga secara sosial, masyarakat surabaya memang senang berkumpul dan berinteraksi dengan sesama sehingga agak susah untuk menerapkan protokol kesehatan yang benar. Ditambah pemerintah yang seakan2 bilang bahwa kesembuhan tinggi sehingga banyak yang mengabaikan.
Selain itu juga STIGMA masyarakat soal orang yang terjangkit covid ini seakan2 aib dan seakan2 pembawa virus yang membuat beberapa orang enggan untuk berobat walaupun secara tracing tracking pernah dekat dan berinteraksi dengan yang terkonfirmasi positif.
Pandemi ini juga membawa agama. Ada himbauan tidak kemasjid, itu jg dilanggar. Ahirnya masyarakat dipersilahkan untuk beraktifitas normal.
Masyarakat yang PATUH protokol. Hanya dirumah saja kalau tidak penting tidak keluar, pakai masker yang sesuai dan jaga jarak juga bawa hand sanitiser kemana2 malah dianggap aneh. Dianggap sakit dan lebay.
Kondisi Medis :
Dari web covid-19 Indonesia, web kemenkes, portal sosial media pemerintah juga informasi dari beberapa teman yang langsung menangani kasus juga bekerja di RS.
1. Tidak semua orang yang meninggal selalu ada penyakit bawaan. Beberapa tidak ada penyakit bawaan.
2. Ventilator penuh. Ada teman yang meninggal krn tidak kebagian ventilator.
3. Tenaga medis ( dokter dan perawat ) banyak yang terpapar dan ada beberapa yang meninggal dunia. Petugas lab dan radiologi juga ada yang terpapar dan ada yang meningga.
4. RS kekurangan APD sehingga APD dipakai sampai shift selesai terkadang sampai 8 jam .
5. Hasil swab lama karena antri di lap sedangkan alat dan petugas lab terbatas.
6. Mayoritas pasien terkonfimasi positif bisa sembuh dan OTG. Tetapi ada yang berat dan memerlukan perawatan sedangkan RS terbatas.
7. Beberapa masyarakat ada yang dirujuk ke RS luar kota seperti madiun karena keterbatasan ruang di rumah sakit.
Kondisi kondisi ini yang pemerintah harusnya turun tangan. Masyarakat juga jangan hanya minta haknya dirawat tetapi kewajiban protokol kesehatan dan menjaga masing2 juga diabaikan. Tenaga medis juga terkadang mendapatkan stigma yang buruk di masyarakat ditambah fitnah insentif, bonus dan lainnya yang dijanjikan dan sampai hari ini belum menerima. Masyarakat yang tidak mendukung malah menganggap semua itu wajar juga semakin memberatkan tugas tenaga medis. Tenaga medis berjuang dan dengan gigihnya merawat pasien dengan kondisi terbatas.
Dari kondisi sosial masyarakat dan medis diatas selama 4 bulan ini, rasanya kalau tetap menerapkan protokol kesehatan akan dianggap aneh. Dianggap lebay dan tidak sesuai dengan kenyataan. Krn yang digadang2kan adalah tingkat kesembuhan yang tinggi, kalau sakit ke rs saja pasti dirawat. Padahal tidak ada yang bisa memastikan apakah kalau kita terpapar akan OTG dan gejala rendah sedang atau malah gejalanya berat. Yang tidak ikut acara sosial masyarakat juga dianggap tidak bisa bekerjasama.
Di bulan ke 4 ini rasanya yang benar2 menerapkan protokol seperti berjuang sendiri. Rasanya seperti dihianati, disakiti dan ingin rasanya sudah nggak usah protokol. Mungkin bagi yang tingkat kepasarahannya tinggi, akan lepas protokol itu dan bersiap kalau memang sudah waktunya ya sudah. Tapi bagi yang lain ya serasa orang aneh yang beda sendiri. Disini kegalauan terjadi, pemerintah kurang tegas, masyarakat kurang disiplin, ahirnya pilihan itu tergantung dari masing masing individu. Terkadang dalam hati berkata, IKHTIYARlah maksimal, walau aneh tapi tetap akan dihitung pahala. Tetapi, terkadang godaan diluar soal perkataan orang itu masih berat rasanya walau saya tahu kalau kita sakit dan susah mencari RS, orang lain tidak akan peduli. Hanya bisa memberikan ucapan. Ingin rasanya dilingkungan yang semuanya menerapkan protokol kesehatan dengan sempurna, tetapi keinginan memang tidak seindah kenyataan. Sekuat apa kita bertahan kalau badai terus menerpa juga akan jatuh juga. Ini saya ya sebagai pribadi yang merasa seperti ini, apa ada yang seperti ini atau malah saya dianggap aneh ini. Entahlah, yang pasti Allah punya perhitungan sendiri ditengah kegalauan saya ini. Pingin pindah tapi kemana dan bagaimana dengan pekerjaan. Tetap disini tetapi ya kondisi begini. Tidak setiap hari memang mengalami dilema begini, tetapi ada kalanya kita lelah karena semua ini dan harus tetap bertahan tetapi mencari semangat untuk bangkit lagi.
Di 4 bulan ini saya banyak melakukan sesuatu yang dirumah saja
1. Membaca buku. Banyak tumpukan buku yang ahirnya terbaca dan ternyata banyak manfaatnya bagi jiwa perkembangan psikologis saya.
2. Mengikuti seminar online. Seminar parenting dan pendidikan paling banyak diikuti karena memang awal pembelajaran online yang semua harus belajar termasuk orang tuanya.
3. Menghias rumah dan berkebun. Karena dirumah, ahirnya banyak melakukan sesuatu untuk rumah. Setiap kamar dihias, setiap ruang kosong dihias juga.
Refleksi saya selama membaca dan mengetahui perkembangan soal corona ini adalah pentingnya riset dan literasi. Kemampuan membaca masyarakat dan saya juga yang rendah. Terkadang hanya membaca judul, mencari sumber dari omongan orang yang ternyata untuk membuat sebuah kesimpulan ilmiah itu tidak cukup. Harus ada data valid penelitian juga diambil dari sumber terpercaya dan yang penting sudah diujikan para ahli. Kalau hanya pendapat semata, itu hanya subyektif dan memilik batasan. Itulah gunanya para ahli dan itulah saya berfikir kalau kita sebagai umat manusia itu menjadi khalifah dimuka bumi. Karena kita memiliki ilmu yang bisa digunakan untuk membantu sesama. Dengan adanya pandemi ini, semua ranah ilmu harus bekerjasama. Mulai dari ekonomi, pendidikan, riset, kesehatan, sosiologi dan lainnya. Disinilah saya merasa apa yg dikatakkan ustadz hari santosa ini ada benarnya. Kita manusia makhluk komunal yang memiliki misi hidup rahmatan lil alamin yang berguna bagi sesamanya dengan ilmu masing masing yang kita miliki.
Saya merasa ilmu yang saya miliki, terkadang malah tidak yakin apa saya bisa dengan ilmu itu atau ilmu itu apa bakat saya ya padahal sudah hampir 40tahun umur saya masih bertanya soal itu. Dan apa benar kl dimanfaatkan, akan ada orang yang membutuhkan. Saat pandemi begini malah keluar refeleksi seperti itu. Tidak hanya anak yang sholeh dan amal jariyah, tetapi ilmu yang bermanfaat ini yang belum dimaksimalkan penggunaannya sebagai tabungan di akhirat.
Kepasarahan, mulai belajar pasrah dan tidak terlalu terikat dengan dunia. Walau ini juga susah dan masih belajar kayaknya mulai dari level 0 ini. Sejak almarhum papa saya meninggal, merasa bahwa dunia itu sementara dan saat meninggal memang kita berjuang sendiri dengan daya upaya kita sendiri. Saya sampai menulis wasiat dan surat untuk kedua anak saya saat mereka dewasa dan saat mereka menikah. Mudah2an saya masih sehat dan masih diberi kesempatan mendampingi anak anak saya sampai mereka dewasa, menikah dan punya anak. Masih diberi kesempatan tertawa sendiri membaca surat untuk anak2 saya. Dari dulu saya memang suka menulis untuk diri saya sendiri. Mau apa nanti kamu 5 tahun, 10 tahun dan saya senyum2 sendiri membaca tulisan itu. Sekarang saya berharap tulisan itu akan jadi refelksi diri saat pandemi ini berahir dan menjadi catatan penting dalam perjalanan hidup saya ini.
Yap, sisanya berharap semoga pandemi ini segera berahir dan kita hidup normal seperti biasa juga ada peningkatan amal dan kemampuan yang didapat selama pandemi ini sehingga bisa lebih dewasa menyikapi suatu hal dan peristiwa.
#covid19indonesia
#covidindonesia
#pandemicoronaindonesia
#coronaindonesia
#coronadirumahsaja
#refleksicorona
#refleksicovid
Label:
Cerita Mama
Langganan:
Postingan (Atom)