Selama hampir 25 tahun terus2an mengalami psikolgis yang tidak tentu. kadang kl sedih cm bisa dipendam saja. kl dilampiaskan di orang tua terutama ibu jawabannya harus introspeksi, harus sadar diri, harus terima kenyataan yang malah membuat stress dan tertekan. tidak ada pelukan, bahasa yang halus saat mengalami sedih atau bermasalah dengan orang lain. harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. tak ada dampingan dan bimbingan dari orang tua. orang tua menganggap sudah dewasa dan sudah HARUS BISA menyelesaikan masalah sendiri dan kl sedih gak usah terlalu disesali. TAPI....kl orang tua sedih sebisa mungkin anak memberikan kata2 yang positif, menolong dan menjadi teman baik. disatu sisi gak adil sekali. tapi ya namanya hidup memang harus dijalani. kl bahagia tidak boleh dilampiaskan dan dibagi dengan keluarga. sudah didiamkan saja dan tidak ada penghargaan jika meraih sesuatu krn tidak ingin anggota keluarga lain sedih dan marah karena pencapaian kita. sedih gak boleh sharing, bahagia juga gak boleh diceritakan. kl marah juga gak boleh dilampiaskan.ya..tampak seperti orang hebat yang gak butuh orang lain. merasa jika masalah yang mereka hadapi lebih berat dan jika bermasalah dengan saya merekalah yang lebih merasa tersakiti. ya...hidup memang terus berjalan. bersyukur bisa sekolah sampai S2, bisa sehat, makan dan minum dan dibesarkan diberi tempat tinggal walaupun hati ini rasanya hampa. agama pun juga mencari jalan sendiri. kalau galau mencari cara sendiri. walau kita benar harus mengalah dan merelakan barang2 untuk dilempar2 dengan anggota keluarga yang lain dan kalau rusak tidak bilang maaf dan orang tua hanya memberi uang pengganti. Terima kasih dan Maaf, 2 kata yang hampir tidak pernah terucap di keluarga. Harus mengalah, harus diam dan harus bisa diandalkan. kadang juga harus sabar jika disalahkan. rasanya kl lagi sedih itu perut dan dada rasanya sakit sampai air mata turun dengan derasnya dan ahirnya bukan kata kata manis yang terucap, hanya himbauan dan ahirnya terdiam dibelakang pintu. hanya boneka dan Allah tempat curhat selama ini. Alhamdulillah masih dalam jalan yang benar.
Setelah berkeluarga dan hidup dengan orang lain yang selama 25 tahun ini hidup dengan keluarga. Baru merasakan bahwa selama 25 tahun ini saya begitu kaku dan tidak eksresif. bahkan untuk bilang sayang saja susahnya masa ampun. Merasakan hangatnya cinta keluarga dari suami dan mertua yang selalu mendukung dan memberikan siraman cinta di hati yang kosong selama ini dan berusaha menjadi orang yang ekspresif. belajar mengenai psikologis orang dimana orang itu perlu untuk diberikan kata2 positif dan kasih sayang bukan hanya diberi materi semata. Sewaktu hamil, sering membaca artikel tentang apa yang kita rasakan dan pikirkan waktu hamil akan mempengaruhi janin. jika kita sedih, janin juga begitu sebaliknya. bagaimana suami menjaga psikologis agar selalu bahagia dan tidak memikirkan juga tidak adanya bentakan atau kata2 kasar yang menyakitkan. Suatu ketika terjadi anggota keluarga memberikan kata2 kasar dan membentak di kehamilan saya yang besar yang membuat sedih dan menangis. ahirnya suami membawa saya pulang dan mencari kebahagiaan lain. tapi, apa yang dilakukan orang tua dan anggota keluarga lainnya kepada saya disaat saya hamil besar?? tidak ada. mereka hanya diam. melerai pun tidak. mereka sudah nyaman dengan saya yang bisa menyelesaikan masalah sendiri. saya dianggap wanita hebat padahal saya rapuh dan suami tidak mau janin bakal ikutan rapuh. kata maaf pun tidak terucap.
Saat anak besar dan bisa mendengar dan mengerti berkata2 di usia 1,5 tahun keatas suami menegaskan kembali bahwa tidak boleh anak mendengar kata2 kasar atau bentakan walaupun dia tidak dibentak dan dia hanya mendengar krna akan berpengaruh pada psikologis anak nantinya di golden age mereka. orang tua merasa anak saya adalah saya dan anak tidak mengerti apa - apa sehingga jika ada suara bentakan dibiarkan saja. suasana rumah saat saya kecil dan sekarang sama sekali tidak berubah. saya, sebagai orang tua berusaha melindungi anak agar tidak memililiki jiwa seperti saya. saya merasa bersalah sekali saat meningalkan anak untuk kerja. saya ingin anak saya tidak hampa hatinya dan merasa bahagia setiap saat. untuk 1x kejadian anak dengar suara keras dirumah, saya biarkan 2x juga saya cuma bilang jangan begitu ke keluarga dan ternyata terjadi kembali mendengar suara bentakan dan saya biarkan. orang tua cm bilang kl saya harus mengerti kl angota keluarga lain itu memang begitu dan jangan pisahkan uti sama cucunya. disisi lain kasian utinya krna tidak ada pelampiasan jika bermasalah dengan anggota keluarga lainnya dan hanya cucunya yang membuat bahagia, disisi lain anak yang jadi korbanyya. hingga suatu saat anak saya takut dan terdiam saat mendengar suara keras dan saat itu pula jiwa saya sebagai seorang ibu akan melindungi anaknya.
Saya tidak mau anak saya mengalami kehampaan hati seperti yang saya alami. saya tidak mau anak saya jadi korban. mereka harus berubah dan menghargai saya sebagai orangtua anak saya. kl ingin tetap bermain dengan anak saya jangan sekali2 mendengarkan suara keras dan membentak. jika tidak saya tidak ijinkan untuk bertemu anak. kejam memang, tapi ini yang bisa saya lakukan untuk membuat mereka sadar tentang kesalahan yang bertahun2 mereka lakukan dan tidak ada penyelesaian. jangan sampai anak saya menjadi korbannya. Sampai kapanpun jika mereka tidak berubah, saya tidak akan ijinkan anak saya lama2 dengan mereka walaupun anak saya sangat senang jika dekat mereka dan akan menangis jika ditinggal atau dipisahkan. utinya juga menangis krn dipisahkan, akungnya juga. tapi inilah saya. suami saya bilang saya ibunya, saya berhak atas anak saya dan saya BERKEWAJIBAN melindungi psikologis anak saya. ikuti aturan saya dan hargai saya.
Sekian..semoga azka tau kl mama ngelakuin ini krn sayang sm km..
Rabu, 21 Januari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar